Kamis, 08 Juli 2010

Exultate Justi

Ini adalah lagu Wajib Festival di HKBP Sudirman Medan Kota...

Dengarkan ya teman-teman...


Senin, 14 Juni 2010

Schindler's List

Senin, 24 Mei 2010

Doa Orang Benar

Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya. – Yakobus 5:16b

Apakah doa Anda seringkali tidak memperoleh jawaban? Kitab Yakobus mengajarkan tentang doa yang berkuasa. Ada tiga syarat untuk bisa berdoa dengan efektif.

1. Doa orang benar.

Doa yang efektif adalah doa yang dipanjatkan oleh orang benar. Siapakah yang dimaksud dengan orang benar? Alkitab mengajarkan, yang disebut orang benar adalah mereka yang “dibenarkan karena percaya kepada Tuhan Yesus Kristus” (Roma 3:26, 5:1). Orang benar adalah mereka yang menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat sehingga mereka dibenarkan. Mereka bukannya tidak pernah berbuat salah, tetapi mereka dibenarkan karena percaya kepada Tuhan Yesus. Apakah Anda termasuk orang benar?

2. Dengan Yakin Didoakan.

Doa yang efektif muncul karena adanya keyakinan. Bagaimana kita bisa berdoa dengan yakin? Pertama, keyakinan muncul karena doa tersebut lahir dari iman. Dan karena iman timbul dari pendengaran akan Firman Kristus (Roma 10:17), maka berdoa dengan yakin bisa terjadi karena ada dasar Firman Tuhan yang kita pegang. Biasakan berdoa dengan memegang janji Tuhan untuk permohonan doa kita tersebut. Kedua, keyakinan bisa muncul karena tidak ada tuduhan di hati kita. Itu sebabnya, Yakobus 5:16a mengajarkan untuk kita saling mengaku dosa kita sebelum saling mendoakan. Pengakuan dosa yang tulus akan menghilangkan tuduhan di hati kita. Apakah Anda cukup punya iman untuk menaikkan doa Anda? Jika belum, selidikilah Firman Tuhan. Carilah dan kemudian peganglah janjiNya dalam doa Anda! Setelah itu, selidikilah hati Anda. Apakah ada dosa yang perlu dibereskan? Apakah ada kesalahan yang perlu diakui?

3. Ketekunan.
Yakobus 5:17 memberikan contoh tentang Elia yang berdoa dengan sungguh-sungguh. Kesungguhan dalam doa melibatkan ketekunan. Elia berdoa dengan tekun, tujuh kali berdoa sebelum muncul awan sebesar telapak tangan yang menghasilkan hujan. Apakah Anda cukup tekun dalam berdoa?

Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya - Yohanes 15:7

Created by : nhkbppendidikan

Minggu, 23 Mei 2010

PERAN GEREJA HKBP DITENGAH MASYARAKAT DAN NEGARA INDONESIA


I. Pengantar

Sejak tahun 1998 gereja HKBP dan Negara Republik Indonesia mengalami suatu perkembangan yang sangat dasyat dan monumental. Negara Republik Indonesia mengalami suatu tonggak pembaharuan yang dikenal dengan gaung reformasi yang sangat mendasar. Negara kita berubah dari pemerintahan yang otoriter menjadi Negara yang demokratis. Perubahan itu begitu essensial, sehingga agaknya seluruh elemen bangsa dipengaruhi oleh kejadian yang radikal tersebut hingga sekarang,termasuk HKBP.
Itu sebabnya gereja HKBP selain mengalami pengaruh perubahan bangsa ini, juga secara internal mengalami suatu perubahan yang luar biasa, dengan terjadinya dan paska Sinode Rekonsiliatif. Sejak tahun 1998, HKBP mangalami suatu proses perubahan kehidupan bergereja, antara lain mulai terjadi pembenahan diri dan konsolidasi internal, bahkan telah mampu melakukan loncatan yang mendasar. Kita mencatat bahwa HKBP telah sukses mengahiri konflik internalnya berkepanjangan yang sudah laten terjadi sejak paska Jubileum 100 tahun HKBP. Pemaknaan ini dilanjutkan pula dengan adanya perubahan Aturan Peraturan 2002 yang mana kita berhasil merumuskan visi yang inklusif dan missi menterjemahkan tugas panggilan gereja di semua aras, dari basis jemaat, memperkokoh landasan Sinode Distrik dan Peran kepemimpinan yang flat di aras Pusat. Kemudian secara berkelanjutan telah dilakukan perubahan memahami dan menghayati agar momen tahun Koinonia 2007, tahun marturia 2008 dan tahun 2009 ini tahun Diakonia.
Rangkaian tersebut digiatkan agar HKBP melakukan revitalisasi dirinya sebagai gereja yang sudah holistic dan transformatif (tema sentral perayaan Jubileum 50 tahun), sebagai gereja yang sudah mandiri baik dalam hal pengadaan sumber daya manusia, management, dana dan teologi/confessi (tema utama perayaan Jubileum 100 tahun, HKBP Manjujung Baringin na). Kini gereja HKBP sedang diperhadapkan untuk mempersiapkan diri memaknai Jubileum 150 tahun, 2011 yang akan datang. Sesuai visi HKBP, maka mestinya kita harus melakukan segala daya, upaya dan teologi untuk merumuskan peran gereja HKBP yang inklusif, dialogis dan transparan serta bermutu ditengah dunia, local, regional, nasional dan internasional dan ditengah kehidupan manusia yang semakin menjungjung tinggi nilai-nilai dan pemerintahan yang demokratis dan penegakan HAM.
Karena itu mulai tahun diakonia ini dan jika mungkin tentu dalam dua tahun ke depan ini kita harus memperkokoh penguatan kehadiran gereja HKBP secara monumental dan integral dalam konteks inklusif ditengah kehidupan masyarakat yang pluralis dan demokratis serta mendunia.
Upaya menuju Jubileum 150 tahun tersebut mestinya mendorong Rapat Pendeta kita kali ini mampu mempersiapkan kajian teologis agar kita menjadi gereja yang berdiakonia sebagaimana diharapkan thema kita, “murah hatilah karena BapaMu murah hati ( Lk 6.36 ). Dengan demikian dalam sub-thema Rapat Pendeta ini, saya ingin untuk memberi masukan kritis bagaimana gereja HKBP dapat merespon berbagai masalah kehidupan kita bergereja, bermasyarakat dan berbangsa. Sehingga gereja kita menjadi gereja yang aktip mensejahterakan, mengusahakan keadilan dan sukacita ditengah masyarakat, bangsa dan Negara sesuai dengan thema tahun Diakonia,”usahakan dan doakan kesejahteraan kota/bangsa dimana kamu Aku buang, karena kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu (Jeremia 29.7 dan bandingkan dengan Roma 14.17 ). Ini sekaligus dalam upaya kita mempersiapankan dan memperlengkapi diri memenuhi tuntutan tahun Yobel, tahun pembebasan, merayakan tahun rahmat Tuhan telah tiba. Konsekuensinya mengarahkan kita pada upaya merespon berbagai masalah kemiskinan, ketidakadilan, perusakan alam dsb ( Imamat 25 dan Lukas 4.18-19 ).

II. Memahami masalah sosial
Untuk memahami adanya perubahan mendasar atau sering disebut bertumbuhnya reformasi di Negara kita ini, kini kita dapat menganalisis apakah perubahan-perubahan terjadi sesuai dengan tuntutan yang demokratis dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat. Menurut kajian Bapak Dr Singgih, minimal ada 4 perkembangan yang mestinya kita perhatikan dalam upaya memahami reformasi yang sedang terjadi, antara lain , agar:
• Perekonomian Indonesia menjadi kuat secara fundamental
• Kemiskinan dan penderitaan rakyat ditangani secara langsung
• Kehidupan berdemokrasi berdasarkan kedaulatan rakyat ditegakkan di dalam lingkup dunia politik
• Kehidupan beragama di antara umat beragama berjalan secara rukun, wajar dan dialogis.
Tentunya selain ke 4 hal diatas masih banyak daftar perubahan substansial yang perlu dikritisi dan dianalisis lebih dimensional dalam kehidupan kita berbangsa, bernegara dan bermasyarakat terlebih dalam upaya mensejahterahkan seluruh masyarakat, penegakan keadilan dan hak-hak azasi manusia serta terjadinya jaminan keamanan bagi seluruh rakyat Indonesia. Daftar masalah tersebut walaupun disana sini ada yang sudah seperti sudah dirumuskan diatas, namun dibawah ini kembali terlihat dari hasil survey Metro yang mencatat minimal ada 10 masalah terbesar yang mengancam kehidupan demokrasi kita, yakni : Ekonomi, korupsi, kemiskinan, pengelolaan BBM,buruknya sistem pendidikan, pengangguran, tingginya harga pangan, bencana alam, kelaparan dan krisis pangan dan krisis kepemimpinan.
Kemudian menarik juga untuk kita simak menilai sejauh mana demokrasi di Indonesia sudah sesuai dengan legal yuridis konsep demokrasi Pancasila. Hal ini semakin mencuat belakangan karena nampaknya ada sinyal adanya gerakan yang ingin mengutak-ngatik Pancasila sebagai azas satu-satunya di negeri ini bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Moedjanto mencatat ada 9 ciri-ciri demokrasi terkandung dalam UUD 1945, yakni :
• Ketentuan bahwa kedaulatan ada ditangan rakyat, termasuk cara pengambilan keputusan MPR.
• Prinsip Negara Hukum
• Prinsip Negara kesejahteraan
• Paham Negara yang integralistik, bukan trias politika
• Lembaga-lembaga negara, kedudukan dan wewenangnya.
• MPR sebagai lembaga tertinggi negara dan penjelamaan seluruh rakyat
• Presiden adalah mandataris MPR yang memegang concentration of power upon the President dengan tenggang waktu jabatan 5 tahun.
• Kedudukan dan hak warganegara
• Hubungan antara warga negara dan pemerintah
Berdasarkan pendekatan Legal Yuridis itu disimpulkan bahwa demokrasi di Indonesia adalah demokrasi Pancasila, demokrasi yang dipinpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan sebagaimana disebutkan oleh sila ke 5 dari Pancasila. Hal itu kemudian menjadikan kenapa di pemerintahan Orde baru tahun 80-an, semua organisasi masyarakat, dan lembaga agama serta semua elemen bangsa didesak untuk menerima Pancasila sudah final dan satu-satunya azas berbangsa, bermasyarakat dan bernegara. Kini masalahnya sejauhmana kita memahami dan mengartikulasi prinsip demokrasi itu dalam ruang gerak gereja kita sebagai gereja tua dan memiliki tanggungjawab . Sebab gereja kita memang sudah diberi Tuhan menjadi gereja yang besar.
Untuk sekedar membantu kita memahami konteks saat ini, baik pula jika kita memperhatikan hasil study dari Prof. Dr. Paulus Wirutomo, Guru Besar Sosiologi UI, yang mengambarkan situasi dan kondisi perkembangan sosial di Indonesia dan dampaknya pada pelayanan umat Kristen menyampaikan adanya beberapa fenomena yang sedang terjadi belakangan ini di Indonesia. Ia menyebutkan :
• Adanya deformasi yakni kerusakan pada keteraturan sosial, sehingga tidak terjadi reformasi yang berkelanjutan.
• Adanya fenomena sekedar demokrasi kerukunan, akibatnya solidaritas terhadap sesama tertunda.
• Semakin nyata terjadi pembiaran bertumbuhnya sekat socio-cultural-animosity, yakni kebencian sosial yang tersembunyi
• Adanya perkembangan kekuasaan yang terpusat tetap pada sekelompok kecil elite.
• Merebaknya budaya santai dan konsumtip mengantikan budaya kerja keras.
• Terjadinya krisis mental dan moral bangsa.
• Pada hal dalam tingkat dan kualitas kesadaran berbangsa dan bermasyarakat cendrung berkembang keprihatinan. Ada 3 peta golongan masyarakat saat ini.
• Golongan rasional yakni golongan masyarakat yang hanya menekankan kehidupan dari segi perhitungan untung rugi, jumlahnya tidak banyak tetapi kini secara signifikan cendrung bertambah terus.
• Golongan kedua, yakni golongan idealis yang mendasarkan kehidupannya pada nilai-nilai yang dijungjung tinggi seperti nasionalisme, kesatuan, demokrasi, kemandirian, patriotisme. Jumlahnya agak banyak tetapi cendrung menurun seiring beralihnya generasi.
• Golongan ketiga, yakni golongan tradisionalis yang menganggap integrasi, perubahan, kemajuan berjalan secara otomatis, tidak perlu dilakukan peran aktip lagi. Golongan ini berjumlah besar mungkin lebih dari 80%.
Dalam kaitannya dengan realita kondisional umat Kristiani di Indonesia dikatakan bahwa :
• Orang Kristen memahami nilai agama terlalu steril atau mantap menghadapi segala terpaan apa pun, sehingga kurang berpikir kontekstual dengan kondisi sosiologis masyarakat. Dalam kesadaran orang Kristen di Indonesia terjadi kesenjangan antara nilai ideal dan aktual.
• Mekanisme sosialisasi nilai-nilai Kristiani kurang efektip dilakukan. Itu terjadi karena gereja-gereja kurang berperan dalam kehidupan jemaat sehari-hari, sehingga nilai-nilai kekeristenan tidak lagi melekat. Komunitas basis masih sangat lemah.
• Masih ada kecendrungan ekskulsif dalam bidang sosial, ekonomi, politik maupun ormas. Sehingga kehidupan gereja belum bermental menggarami.
• Gereja juga masih mengalami ”minority syndrom”, sehingga dalam kesadarannya masih mengutamakan jumlah ketimbang kualitas.
Bertolak dari berbagai masalah, perkembangan dan kecendrungan diatas, kini kita dapat sama-sama merefleksikan, sejauhmana HKBP berkiprah, kita berada dimana, apakah gereja kita turut terlibat melakukan respon dan solusi pembaharuan yang demokratis, transformatif, mandiri dan inklusif ? Atau gereja kita justru terkesan escapis, pasif atau pessimistik. Sehingga kita tidak siapa-siapa, tidak bagian dari masalah, tapi juga tidak bagian dari solusi masalah yang terjadi di masyarakat. Dari segi peran diakonia, kita sudah mengadopsi adanya satu bidang tambahan penting peran HKBP, yakni adanya dewan, biro merespon masalah-masalah kemasyarakatan. Merespon berarti kita tidak cukup sekedar bertindak secara reaktip. Melainkan kita perlu berperan aktip dalam melakukan perubahan supaya perubahan tersebut diwarnai dan digarami dari visi, missi dan keunikan pelayanan gereja HKBP, juga sesuai dengan keyakinan/ confessi dan strategi pelayanan kita ke depan. Hal ini juga menjadi sangat urgen, karena dari segi kalender gereja HKBP sedang memasuki perayaan Jubileum 150 tahun, yang sarat dengan tuntutan ” pembebasan ” manusia dan alam dari berbagai belenggu, dari lilitan hutang, dari kerusakan alam, pembebasan orang miskin, orang buta dan kaum tertindas serta memberitakan tahun rahmat Tuhan sudah tiba.

III. Metodologi Merespon Masalah
Dari segi praktis boleh saja memang tidak begitu sulit bagi gereja kita untuk berpartisipasi aktip, kritis dan dinamis ditengah masyarakat, bangsa dan negara. Tetapi kenapa sampai sekarang kita masih merasa enggan dan ahirnya tidak lebih giat untuk meujudkan kekritisan sosial gereja kita bermasyarakat, bebangsa dan bernegara.
Untuk itu barangkali perlu dianalisis dimana hambatannya. Hal yang mendasar tentunya pertama bersumber dari metodologi kajian dan implementasi doktrin atau tradisi teologi yang kita anut. Apakah ada relevansi teologi kita terhadap kondisi kehidupan di sekitar kita atau sama sekali kita belum menyentuh akar masalah teologis ini. Ini juga bisa mungkin karena selama ini terlalu sibuk dalam perangkap konflik, sehingga kita lebih memusatkan perhatian pada kondisi situasional yang memaksakan gereja kita bertindak seperti itu, atau bisa juga karena kealpaan berpikir kritis gereja memahami sejarah keselamatan Tuhan yang sudah terjadi dalam kehidupan gereja HKBP sejak era missionar sampai sekarang. HKBP mestinya sudah diperkaya dengan pengalaman empirisnya berteologia ditengah konteks dunia dimana kita berada di semua umat manusia, dan terhadap alam semesta.
Kesulitan metodologis ini bagi kita di Indonesia terletak misalnya dalam upaya kita memahami posisi doktrin aliran gereja kita dikaitkan dengan konteks Negara kesatuan Republik Indonesia. Dr Mangisi Simorangkir dalam disertasi Doktornya menyatakan bahwa ” berbicara tentang hubungan gereja dan negara di Indonesia dalam kaitannya dengan teologi ajaran dua kerajaan Marthin Luther, tidak terlepas dari pembahasan kelima sila Pancasila sebagai falsafah Negara. Tapi juga akan tiba pada analisis konsep agama tentang bentuk negara, dalam hal ini pandangan agama Islam sebagai agama mayoritas di Indonesia.. Dalam sejarah Indonesia, ancaman disintegrasi sudah terjadi sejak awal. Persoalan dimasukkannya atau tidak dimasukkannya syariat Islam dalam piagam Jakarta. Ini membuktikan, bahwa Islam menganut paham teokratis dan bahwa Islam identik dengan kebangsaan. Ini tidak dilakukan dengan setengah hati, sebab bukan saja mereka menginginkan agar negara diatur oleh hukum Islam, bahkan Islam tampak juga dalam simbol-simbol kenegaraan dalam bentuk busana, produk makanan, restoran, pendidikan, perbankan, dll.
Dengan kata lain juga menjadi jelas bahwa membicarakan hubungan gereja dan negara juga tidak terlepas dari pemahaman tentang politik dan sistem pemerintahan Indonesia yang berazaskan Pancasila, UUD 1945 dan demokrasi modern yang berpijak pada pemisahan 3 kekuasaan, eksekutip, legislatif dan judikatif. Sehingga halnya mesti diukur. Pertama, sejauhmana hubungan gereja dan warga gereja( dalam hal ini Lutheran) dengan pusat proses pengambilan keputusan politis. Dengan kata lain bagaimana hubungan gereja dan warga gereja dengan DPR/MPR sebagai pusat pengambilan keputusan politik di Indonesia (kelompok legislatif). Kedua, bagaimana hubungan gereja dan warga gereja dengan pemerintah sebagai pelaksana keputusan politik ( kelompok eksekutif ), dan ketiga, bagaimana hubungan gereja dan warga gereja dengan pengadilan di Indonesia (kelompok Judikatif ). Hubungan-hubungan itu terjadi dalam dua arus, lewat warga jemaat secara pribadi dan sebagai warga negara, dan lewat gereja sebagai sebuah organisasi agama. Tugas ini tidak mudah, sebab ketiga kekuasaan di Indonesia tidaklah terpisah dengan tegas sebagaimana sistem demokrasi modern yang menginginkannya.
Dari uraian diatas menjadi jelas, bahwa hubungan gereja dan negara di Indonesia tidak diatur oleh suatu idiologi kelopok agama, dalam hal ini Islam sebagai mayoritas, melainkan diatur berdasarkan prinsip demokrasi yang mengedepankan kepentingan rakyat secara keseluruhan tanpa membedakan hak-hak kelompok mayoritas dan minoritas. Jika demikian halnya maka tugas gereja menjadi lebih ringan, walaupun ancaman itu tidak bisa dilepas begitu saja, tanpa kekritisan. Disinilah tugas gereja menjadi sangat urgent untuk mendoakan Negara sekaligus juga untuk melakukan pelibatan aktip gereja merespon dampak dan realitas perkembangan politik di Indonesia. Sebab Indonesia bukan negara agama, melainkan negara demokratis berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Kemudian untuk membantu kita, selain dari konteks kita memahami peran kritis kita sebagai bagian integral bernegara kita juga perlu memahami sudut pandang gereja kita sebagai bagian integral melakukan peran kemasyarakatan merespon kemiskinan, mengkritisi masalah ketidakadilan, serta masalah lainnya. Sejauhmana gereja kita dapat merefleksikan keterlibatan kita dengan dan bersama orang-orang yang miskin, tertindas dan terabaikan.
Leonardo Boff, dalam buku the Way of The Cross Way of Justice, menjelaskan bahwa teologi berusaha membicarakan iman secara rasional dan sistematis. Kriteria menentukan kebenaran setiap teologi adalah apakah teologi itu menyuburkan kehidupan iman, harapan dan cinta. Teologi itu benar sejauh diterjemahkan ke dalam meditasi, doa, tobat, mengikuti Kristus, dan perhatian serta keterlibatan pada sesama manusia. Jika teologi tidak mengambil langkah-langkah itu, maka bisa dipastikan teologi itu adalah teologi istana, artinya melayani orang besar dan kekuasaan orang-orang yang didewakan di dunia ini. Teologi seperti itu tidak melayani Allah.
Padahal mestinya teologi itu bersifat,”ante et retro occulata ” artinya bermata dua, mempunyai dua sudut pandang. Mata yang satu memandang ke masa lampau, ketika penyelamatan telah terjadi. Mata yang lain melihat masakini, ketika keselamatan menjadi kenyataan sekarang dan disini. Jika teologi hanya memandang satu sudut saja, maka teologi itu menderita myopi ( berpandangan kabur dan dangkal).. Karena itu mestinya teologi gereja di satu satu mesti terpusat pada Yesus historis, kehidupannya, penyiksaannya, kematian dan kebangkitannya ( Jalan salib ). Sebab sengsara Kristus adalah konsekuensi dari kesetian-Nya kepada BapaNya dan kepada manusia. Kendatipun ditolak manusia, Bapa tetap menghendaki agar kerajaaNya dibangun sekarang di dunia ini. Yesus mati karena dosa dunia. Berkat korban Kristus, kerajaan Allah menang dan tetap berjaya. Sedangkan di sisi yang lain sengsara Kristus merupakan jalan keadilan yang terpusat pada Kristus yang diimani, yang melanjutkan penderitaan Kristus dewasa ini dalam diri saudara dan saudariNya yan dihukum, dibelenggu dan dibunuh karena masalah keadilan. Sebab dewasa ini penderitaan Kristus sepertinya terulang kembali dalam hidup mereka yang menjadi korban karena masalah ketidakadilan. Sebagaimana Yesus, banyak orang yang menderita, bahkan dibunuh karena mempertahankan hak-hak orang kecil dan keadilan bagi orang miskin. Kebangkitan Yesus yang tersalib membuktikan perjuangan meujudkan keadilan tidak percuma. Maknanya adalah mereka mengambil bagian dalam kepenuhan hidup dan kemenangan mutlak dari keadilan.
Dari kedua uraian tadi, maka mestinya gereja kita harus setia pada perannya terlibat tidak hanya berkotbah tentang Tuhan yang kaya menjadi miskin agar kita menjadi kaya ( 2 Kor 8. 9, melainkan mestinya gereja kita harus aktip untuk memberdayakan orang miskin, yang menderita dan tertindas, bukan karena tujuan kekuasaan politis, melainkan karena pengutusan Kristus kita ke dunia ini.
Mengikuti alur metodologis ini mestinya kita juga sudah senantiasa bercermin dan melakukan rekonstruksi sejarah, bagaimana plus minus misi pelayanan HKBP sejak era missionar. Di era missionar, kita bisa mencatat beberapa hal yang sangat menarik, bagaimana mereka membangun peran gereja yang transformatip, holistik dan agresif.
Hingga sekarang kita harus mengakui masih relevanya pemulihan peran pargodungan merespon berbagai masalah sosial ekonomi, budaya dan bahkan mungkin politik, baik di wilayah pedesaan, transisi maupun perkotaan. Walaupun tentunya disana sini perlu dimodifikasi dan perlu mengadopsi berbagai hal sesuai konteks. Sebab gagasan pargodungan dirancang tidak sekedar dipakai sebagai percontohan, melainkan lebih dari itu digunakan untuk mengusung aneka perubahan yang holistik dan transformatip. Itu sebabnya selain di pargodungan ditata pembangunan gereja sebagai pusat kontemplatip, rumah doa dan persekutuan. Juga di pekarangan pargodungan dibangun rumah sakit atau klinik, didirikan sekolah, dibangun percontohan pertanian terpadu dan organik, ditata pohon2 produktip di sepanjang parik. Sehingga kehidupan di wilayah gereja nyata dialami doa Bapak kami, jadilah kehendakMu di bumi seperti di sorga. Model ini mestinya mejadi ikon peran HKBP sepanjang zaman.
Pdt Betz dalam obsessi pelayanannya dari sejak awal menyadari bagaimana pentingnya segera dilakukan transformasi yang generatip. Itu sebabnya ia telah mengkader sejak dini para pelayan Batak (pribumi) untuk kemudian mengemban tugas generatip melanjutkan penginjilan yang lebih inkulturatip terhadap masyarakat Batak. Dalam buku yang ditulis oleh Drs PTD.Sihombing,Msc, Benih yang disemai dan buah yang menyebar, dicatat bagaimana Gr Samuel Siregar telah dibawa untuk belajar di Belanda dan kemudian melanjutkan studi keguruan di seminari di Barmen. Ia berangkat ke Belanda bersama Pdt Betz tahun 1869 dan kembali ke Indonesia tahun 1874. Ia kemudian kawin dengan Maria br Silitonga yang juga tahun 1872 sudah berada di Jerman. Dalam sejarah pelayanannya Dr IL Nommensen mendorong Samuel melamar jabatan yang lowong pada kantor kontroleur Toba Holbung, yang baru dibuka pemerintah Kolonial pada tahun 1883 di Laguboti. Nommensen dengan sengaja mendorong melakukan alih-professi. Keputusan itu dilakukan Nommensen, walaupun mendapat tantangan yang hebat dari para missionar, namun haruslah difahami bahwa Nommensen sendiri mempunyai motivasi bersifat strategis. Karena Nommensen kwatir tentang kemungkinan akan terkedalanya kepentingan lanjutan penginjilan zending di Tanah Holbung Utara. Dan memang sebagaimana diantisipasi, Gr Samuel dan kemudian sesudah perkawinannya yang kedua dengan Saudari dari Sisingamagaraja ke 12, Rosianna br Sinambela tahun 1884, maka gerakan penginjilan menjadi terbuka lebar diterima seluruh Toba Holbung.. Dengan demikian sebenarnya dalam upaya kita meujudkan visi dan obsessi gereja kita yang inklusif, maka berbagai upaya strategis, termasuk di dalamnya mendorong kader pelayan atau ketengah pelayanan di pemerintahan atau ruang publik lainnya mestinya tidak kita anggap sebagai hal yang tabu atau desersi. Kajian teologis seperti Ester mungkin juga perlu mendapat perhatian kita.
Dari segi konstitusional gereja HKBP sebenarnya juga sudah mereformasi dirinya, terlebih karena visinya yang inklusif . Mestinya Visi HKBP yang inklusif itu harus menjadi landasan dan persiapan kita merayakan Jubileum 150 tahun dan menjadi kata kunci kita untuk mempersiapkan rencana program jangka Panjang paskah Jubileum 150 tahun, yakni apa program kita 50 tahun ke depan hingga Jubileum 200 tahun, 2061. Mungkinkah gereja kita bisa tidak sekedar ada, tetapi menjadi eksis sebab gereja kita sudah menjalankan visi yang inklusif memasuki kehidupan jemaat dan masyarakat 52 tahun ke depan.
Jika di era missionar simbol pargodungan mampu menampilkan peran gereja HKBP yang transformatif. Sehingga dimana ada gereja HKBP, disana ada sekolah yang mencerdaskan masyarakat. Dimana ada gereja disana ada rumah sakit atau klinik yang menyembuhkan. Dimana ada gereja disana ada parik yang ditanami pepohonon yang produktip dan dapat dinikmati oleh masyarakat terlebih anak-anak dan remaja. Dimana ada gereja disana ada percontohan pertanian selaras alam dan percontohan ekonomi , sinur napinahan gabe naniula. HKBP waktu itu menjadi ikon yang mensejahterakan dan meujudkan paradeiso di bumi seperti di sorga.
Jika di era Jubileum 100 tahun, walaupun gereja kita dalam kondisi perang dunia kedua dan akibatnya gereja kita kehilangan pemimpin, karena para missionar diinternir dan dipulangkan ke negerinya. Namun gereja kita masih mampu merumuskan dan menjalankan visi gereja yang mandiri ( manjujung baringin na ) baik di bidang daya, teologi dan dana. Gereja HKBP dalam keterbatasannya mampu membangkitkan peran penatua/awam secara maksimal. Gereja HKBP mampu merumuskan Konfessinya yang mandiri dan cendrung ke Lutheran. Salah satu teologi yang menarik dari confessi kita tentang hubungannya dengan negara, ditekankan. Pertama, kita menolak pemahaman bahwa gereja kita bukan gereja negara ( Huria Negara ), karena berbeda kewajiban negara dari panggilan gereja. Juga menarik untuk memahami bahwa bukan rapat, dan bukan jemaat yang menentukan kekuasaan di dalam gereja. Karena itu bukan demokrasi yang mengatur gereja, tetapi Kristokrasi ( Ndang demokrasi na mangarajai huria, alai Kristokrasi do ). Secara monumental di dalam kerangka Jubileum 100 tahun HKBP juga telah mampu mengembangkan sendiri pelayanan missi ke Mentawai dan Enggano tanpa bantuan dari Barmen, membangun uiversitas Nomensen secara monumental, mengembangkan pelayanan diakonia sosial di Elim, merevitalisasi pendidikan dengan didirikan sekolah Teknik menengah di Siantar, FKIP, Fakultas Teologi di Siantar, dsb. Bahkan HKBP telah turut aktip mendirikan dewan gereja-gereja di Indonesia, mendirikan STT di Jakarta dan mengutus rektor pertama, Dr Muller Kruger di sekolah tersebut, menjadi tuan rumah mendirikan gereja-gereja di Parapat, dsb.
Kini kita sedang diperhadapkan pada pra dan paskah Jubileum 150 tahun. Apakah gereja HKBP sekaligus dapat mereviltaslisasi peran sosialnya seperti sudah digagas pada era missionar dan era kemandirian. Sehingga gereja kita kembali merelevansikan fungsi pargodungan dan fungsi kemandiriannya di berbagai bidang peran sosial, budaya, ekonomi dan politik. Bagaimana kita mengaktualisasikan agar dimana ada HKBP, disitu terjadi pencerahan, terjadi kesembuhan, terjadi pemihakan terhadap orang miskin, marginal. Bagaimana kita agar turut menjadi kesembuhan bagi bangsa-bangsa dan alam, bagaimana kita menyadarkan warga agar menghindari kekerasan di dalam keluarga ( overcoming violence istimewa alam domestic violence ). Bagaimana kita berpartisipasi dalam proyek meujudkan keadilan, perdamaian dan keutuhan jemaat ( JPIC ). Bagaimana gereja kita mampu mengadvokasi kebijakan negara yang menjungjung tinggi kebebasan beribadah, hak-hak azasi manusia, hak-hak gender dan terlihat meujudkan kegiatan melepaskan masyarakat dari berbagai belenggu yang menindas mereka. Dalam buku Panduan tahun diakonia 2009 secara terinci sudah dituliskan, namun sejauhamana hal itu dapat difahami, diujudkan dan diorganisasi dalam kerangka peran pembebasan dan peran sosial ekonomi, politik ditengah masyarakat dimana kita melayani. Mungkinkah lembaga keuangan mikro dapat didukung agar terujud secara nasional, yang mana warga jemaat yang memperoleh banyak dan yang sedikit dapat saling membutuhkan dan saling melengkapi?. Mungkinkah gereja HKBP dapat meujudkan program ansuransi kesehatan bagi seluruh warganya?
Dari segi kepemimpinan, kita melihat bahwa di gereja kita telah mengadopsi peran kepemimpinan yang memberdayakan dengan adanya kepemimpinan yang flat, sehingga pengaturan pendelegesaian mestinya sudah harus terjadi (delegation of authority ). Sehingga sebenarnya mobilisasi pelayanan kita di ketiga tugas panggilan gereja sudah menjadi kebutuhan, karena jemaat dan masyarakat sudah merasakannya. Barangkali yang belum cocok hanya ketulusan pendelegasian dan bagi peran, atau bisa saja karena belum adanya sebutan yang pas untuk masing-masing pimpinan, sehingga tidak tercermin adanya pembangian peran yang sesuai dengan Aturan dan peraturan. Sebab dari segi AP jika kita memakai istilah orang kedua dalam kepemimpinan saat ini, pasti dipegang oleh Kepala Departemen Koinonia, tetapi karena hanya kepala bukan wakil Ephorus, lalu peran itu tetap difahami seperti pradigma lama. Demikian seterusnya jika sungguh-sungguh difahami, maka tugas Kepala departemen diakonia harus difahami dalam kerangka wakil ephorus mengkordinasi dan menjalankan pelayanan diakonia sosial, koordinasi pendidikan, kesehatan, pengembangan masyarakat dan merespon masalah-masalah masyarakat. Demikian peran yang lain, jika ini dijalankan maka sebenarnya diharapkan bisa terjadi juga di aras distrik hingga ke pelayanan berbasis jemaat. Makanya peningkatan status distrik menjadi Sinode mestinya harus diikuti dengan perubahan pradigma baru pelayanan dan kepemimpinan yang semakin meujudkan koinonia yang bermarturia dan berdiakonia, marturia yang koinonis dan diakonis dan diakonia yang koinonis dan bermaturia. Bahkan seperti kita ketahui, AP juga secara signifikan sudah memberi arah, jika dibutuhkan demi kelancaran dan pengembangan pelayanan perlu dimobilisasi peran warga jemaat ( jemaat bisa sebagai bendahara di gereja kita ) dan pembentukan kelembagaan yang berkelanjutan, seperti Yayasan, dsb.
Dari segi strategi monumental kehadiran inklusif ditengah bangsa dan Negara, mestinya HKBP sudah harus mempersiapkan kapasitas kelembagaan dan kapasitas pengelola peran HKBP di semua aspek kehidupan. Untuk tujuan itu mungkin perlu dipikirkan kelembagaan yang berkelanjutan yang dapat dirasakan kehadirannya ditengah masyarakat, bangsa dan Negara. Lebih konkrit Juileum 150 tahun sudah harus melakukan karya monumental. Mungkin sudah tiba saatnya memikirkan Kantor besar sebagai kerangka berbangsa dan bernegara di Pusat kekuasaan di Negeri ini, agar akses HKBP lebih dekat ke pusat pengambilan keputusan. Ini juga perlu dilengkapi dengan strategi pengembangan pelayanan peran sosial, ekonomi dan politik kehadiran HKBP di aras Propinsi ( tidak lagi cukup di aras distrik ). Kemudian demi pelayanan itu, maka program rekruitmen kepemimpinan sudah membutuhkan pembinaan yang bertaraf nasional dan internasional. Sehingga kapasitas rekruitmen kepemimpinan di HKBP berada di semua aras, baik lokal, regional, nasional dan internasional. Pengorganisasian Pastoral yang rapih tersusun yang berbeda dengan pengorganisasian lembaga sekuler dan dunia juga perlu semakin jelas.
Kini terpulang kepada kita sejauhmana para Pendeta meujudkan program diakonia yang koinonis dan bermarturia di semua aspek kehidupan dan dalam kerangkanya mendinamiser AP termasuk mengamendemen atau menyempurnakan AP agar menganut orientasi pelayanan bukan kekuasaan. Serta bagaimana kita dalam waktu yang relatif cepat masih berupaya keras untuk mempersiapkan program monumental menyambut Jubileum 150 tahun di semua aras pelayanan. Untuk itu apa yang ditargetkan dalam program diakonia diharapkan dapat menjadi monumen yang mungkin diujudkan dan kemudian menjadi program yang dapat dirayakan.

IV. Penutup
Rumusan peran sosial, ekonomi dan politik HKBP ditengah bangsa, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sudah jelas dan cukup sempurna sebagaimana bisa dibaca dan dikaji dari sejarah gereja HKBP, dari Konfessi dan maupun secara operasional dari AP 2002. Kini sejauhmana kita bisa mengaktualisasikan dan mengoperasionalkannya dalam pelayanan di semua aras struktural gereja kita.
Kini kerelaan yang visioner, keberanian membagi tugas dan membagi peran pelayan dan jemaat, bagaimana kapasitas ketenagaan dan kapasitas kelembagaan serta komitmen meningkatkan hal-hal tersebut secara terus menerus dapat dilakukan. Hal ini penting dilakukan agar tugas mendasar lainnya seperti peran profetis dan advokatip dalam bernegara secara integral menjadi kekhasan pelayanan gereja kita juga. Demikian pula agar gereja kita dapat menghayati dan mengamalkan motto tahun diakonia dalam konteks kita berjemaat dan bermasyarakat, sebab jika sejahtera jemaat sejahtera pelayan, jika masyarakat sejahtera, sejahtera gereja dan negara.
Mari kita ujudkan gereja yang mencari dan dicari semua orang, terlebih mereka yang paling membutuhkan. Marilah kepadaKu, semua yang letih lesu dan berbeban berat. Aku akan memberi kelegaan kepadaMu ( Mat 11.28 ). Gereja yang seperti itu hanya terujud, jika gereja kita dapat melakukan seperti apa yang dikatakan Tuhan Yesus, sesungguhnya segala sesuat yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudaraKu yang paling hina dina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku ( Matius 25.40 ). Melayani orang miskin, yang hina dina adalah ibadah kita kepada Tuhan. Kita murah hati, karena memang Bapak kita juga murah hati ( Lukas 6.36 ). Mestinya inilah missi baru kita yang inklusif, gereja yang melakukan pengorganisasian segala daya, dana dan teologi memberdayakan masyarakat miskin dan menderita di sekita kita.
Kemudian juga barangkali penting agar kita sebagai pelayan tidak turut membuat banyak warga jemaat dan masyarakat berada dalam ke bingungan. Sebab sikap kita yang barangkali enggan mengkritisi perkembangan masyarakat yang semakin demokratis dan dinamis sekarang ini. Walaupun paradoksi kita tetap waspada menghadapi realitas sosial, ekonomi dan politik yang oleh Alkitab kadang digambarkan sebagai domba menghadapi serigala, Mat 10.16. Namun untuk itu sebagai gereja kita tidak harus memilih sikap yang neutral atau pro pada kekuasaan yang menindas, atau kekuasaan yang otoriter. Melainkan gereja senantiasa harus berdoa agar diberi Tuhan bijak seperti ular dan tulus seperti merpati.
Saat ini dikuatirkan tidak hanya oleh gereja, tetapi terlebih kaum Islam ( NU, dan Muhammadiah ) yang berbasis budaya kearifan keaneka ragaman bangsa Indonesia, yang melihat adanya kekuatan intervesi Islam transnasional ketengah negara ini. Serigala pencuri domba, serigala memangsa sesamanya bisa menjadi realitas sosial ekonomi dan politik ke depan di negeri ini.
Karena itu jika kita sebagai gereja memilih konsep yang bijak dan tulus, maka mestinya kita kritis dan konstruktip untuk memilih mana yang terbaik dari berbagai kekuatan sosial, ekonomi dan politik sepanjang sejarah di Indonesia ini. Jika perlu kita harus menyuarakan suara profetis kita bahwa kita lebih taat kepada Allah daripada manusia ( Kisah 5.29). Marilah kita menguji kekuatan politik yang berkembang saat ini secara arif. Kita cari Tuhan yang mengajar kita memilih pemimpin yang mensejahterakan, yang berani menjamin adanya keadilan bagi semua dan setia pada komitmen menjaga kedaulatan rakyat di Indonesia. Sambil, selagi hari masih siang, berbuat baik kepada semua orang, dalam berperan aktip memajukan peradaban manusia, melakukan kegiatan pencerdasan, penyembuhan, aksi sosial dan perduli terhadap upaya selaras alam, perjuangan penegakan keadilan, perdamaian dan keutuhan ciptaan.

(Penulis adalah Pdt. Nelson Siregar -Kadep Diakonia HKBP-, tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi Oktober 2009)

Created by : nhkbppendidikan

Strategi Kepemimpinan Yang Efektif


PENDAHULUAN

Belajarlah dari semut kata seorang pengkhotbah pada suatu kebaktian Minggu. Tetapi khusus untuk judul tulisan ini menurut penulis perlu juga ada contoh lain yaitu belajarlah dari si Tikko. Si Tikko adalah kerbau betina besar dan gagah dan diberi nama si Tikko karena tanduknya besar dan ujungnya tajam dan bentuknya setengah bundar (Tikko=bulat). Dia adalah semacam panglima perang untuk rombongan kerbau sebanyak 20 ekor milik Ja kampung di Hutaraja zaman baheula. Kalau saat kawanan kerbau ini dimanfaatkan untuk mangalonca sawah (melunakan sawah menjadi gembur) maka si Tikko selalu didepan dan rombongannya akan patuh mengikuti dari belakang. Jadi kita yang mengiringi rombongan ini tidak perlu berlelah untuk mencambuknya cukup hanya dengan komando ompung Ja kampung pasti beres. Saat mereka mau pulang kandang saat gerimis dan sudah sore seekor haimau besar menghadang rombongan dari semak belukar, dalam sekejap sesuai komando si Tikko mereka langsung membentuk lingkaran model bulatan jam dengan anak-anak dibelakang ekor masing-masing termasuk ompung ja kampung. Dengan mencari model kerbau yang dianggap lemah harimau berkeliling, tetapi Si Tikko sudah siap disana membantu dan melihat harimau bertindak begitu juga Si Tikko langsung menyerang harimau tersebut dan saking takutnya harimau itu meloncat kesemak semak dilembah. Tikko merupakan pemimpin yang kuat, tegas dan bijaksana bisa menyusun pertahanan dengan mengatur kerbau-kerbau yang kuat dan diselingi yang lemah kalau ada yang tidak mau diatur maka langsung ditanduk. Juga dia memberi contoh dengan berjalan dimuka sebagai komandan barisan. Kalau Anda sedang meginap di Hotel Tor Sibohi di Hutaraja apabila anda duduk diteras hotel anda memandang kearah timur maka anda akan melihat kandangnya Si Tikko di pinggang gunung Tor Simago mago. Selanjutnya sebagai seorang Pemimpin untuk mencapai suatu hasil kerja yang maksimal maka dia harus mempunyai strategi suatu kepemimpinan yang efektif seperti dibawah ini.

I. PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA (SDM)
Pengembangan SDM yang ada dari SDM yang tradisional ke SDM yang dinamis yang dapat berkembang dimaksudkan untuk meningkatkan prestasi kerja seseorang sesuai dengan potensi-potensi yang dimiliki dan pada periode tertentu diadakan penilaian untuk mengetahui sejauh mana hasil penerapan dilaksanakan sesuai harapan (Appraisal). Bilamana anda ingin merencanakan sesuatu untuk satu tahun kemuka, sebarlah benih. Bila anda ingin merencanakan untuk sepuluh tahun, tanamlah pohon, dan apabila Anda ingin merencanakan sesuatu untuk seumur hidup, kembangkanlah manusia begitulah apa yang dikatakan oleh filosof Cina kuno: Quan Ziguan. Jadi dapat kita lihat bahwa pentingnya pengembagan Sumber Daya Manusia itu sudah ada sejak zaman dahulu Prestasi kerja yang berhasil dicapai suatu perusahaan tidak terlepas dari prestasi kerja manusia. Kesempurnaan karenanya dapat dicapai dengan pelatihan dan pegembangan Sumber Daya Manusia yang terus menerus secara berkesinambungan. Pelatihan dan pengembangan dapat membantu meningkatkan efekifitas organisasi melalui peningkatan efektifitas individu. Selanjutnya ini karena meyangkut peningkatan prestasi kerja pegawai saat ini dan peningkatan kemampuan potensial yang mereka miliki sejalan dengan pertumbuhan organisasi dan bertambahnya permintaan akan kemampuan pegawai pegawainya. Untuk mengkelola dan mengembangkan Sumber Daya Manusia secara efektif, kebutuhan akan pelatihan dan pengembangan hendaknya diidentifikasi dan dipenuhi secara efektif dan sistematis yang luas. Penilaian atas karya merupakan dasar dari proses ini, kecuali apabila prestasi kerja saat ini dimulai kurang berdasarkan kriteria-kriteria tertentu maka kelemahan-kelemahan dalam berprestasi yang tidak sesuai dengan harapan (target) perlu dikaji ulang, sebagai contoh : Perusahaan penerbangan SIA dengan kode SQ dari negeri pulau kecil Singapura. SIA adalah perusahaan penerbangan nomor satu didunia dengan pesawat-pesawat yang banyak menjelajah udara seluruh dunia, juga pesawat-pesawat model terbaru yang tidak dapat menerbangi antar negerinya sendiri tetapi dapat menerbangi udara hampir seantero dunia. Kalaupun ada penerbang regular kekutub utara dan kutub selatan maka merekalah (SIA) yang paling pertama mendaftar. Bagaimana perusahaan tersebut bisa semaju itu? Jawabnya ialah: setiap pegawai SIA baik pegawai yang paling rendah sampai kepada puncak pimpinan harus mengikuti pelatihan dan pengembangan dirinya sekali setahun tanpa kecuali. Dan harus dilaksanakan apakah itu didalam maupun diluar negeri.Tidak tanggung-tanggung biaya pelatihan dan pengembangan dicadangkan 10 % dari anggaran rutin perusahaan dan diawasi dengan sangat ketat. Jadilah mereka no 1 didunia padahal dinegaranya sendiri hanya satu saja bandaranya (untuk sipil maksudnya) dimana kalau seorang ingin terbang dengan pesawat komersil didalam negerinya sampai kiamat pun tidak akan terlaksana, lebih bagus dia bermimpi akan terbang dengan pesawat komersil ke Antartika kalau umurnya panjang. Untuk mencapai hasil tersebut diatas dipergunakan beberapa hal:
1. Mengadakan pendekatan dengan cara yang paling efektip. Pengalaman-pengalaman praktek dan penilaian empiris menurut De Vries 1981 menyatakan bahwa system penilaian prestasi kerja yang paling efektip didasari oleh:
a. Tuas atau objektip yang ditentukan terlebih dahulu.
b. Penilaian atas hasil yang dicapai.
c. Pemeriksaan atas perbedaan-perbedaan yang terjadi.
d.Tindakan atas perbedaan-perbedaan itu.
Pemindahan dapat berupa pelatihan dan pengembangan untuk memperbaiki kekeliruan-kekeliruan. Juga bisa diadakan penyuluhan-penyuluhan atau pengarahan.
2. Mengadakan penilaian atas prestasi kerja (Appraisal). Penilaian atas prestasi kerja dapat memiliki satu atau lebih dari tiga kegunaan menurut Rande 1984 sbb:
a. Penilaian sering digunakan untuk menentukan imbalan sehingga upah atau bonus digerakkan menuju atau sesuai dengan prestasi kerja.
b. Penilaian prestasi kerja digunakan untuk meningkatkan prestasi saat ini terutama
dimana ada kelemahan-kelemahan.
c. Penilaian sering digunakan untuk dasar menilai potensi yaitu apa yang dapat dilakukan oleh seseorang apabila diberikan kesempatan untuk jabatan yang lebih tinggi.

II. MENJADI MOTIVATOR
Dapat memotivasi bawahannya untuk bekerja lebih baik sesuai dengan goal perusahaan (institusi) sbb:
Unsur manusia didalam management saat ini ada 4 teori yang popular dan sangat terkenal saat ini:
1. Douglas Mc. Gregor :Theory x dan Theory y.
2. Abraham Maslow :Hierarchy of needs.
3. Frederick Herzberg : Motivation Hygiene theory.
4. Black dan Mouton: The management grid.
Untuk itu mari kita lihat ke 4 theory ini dengan penjelasan sbb:
1. Theory x dan y.
a. Theory x adalah dikenal sebagai konsep management secara konvensional yang memanfaatkan tenaga manusia untuk kebutuhan-kebutuhan organisasi/perusahaan/institusi. Menurut theory ini pada umumnya manusia suka malas. Untuk itu dia harus dipaksa dan lebih suka untuk diatur dan menghendaki perlindungan dari segalanya.
b. Theory y.
Pengeluaran tenaga adalah wajar, mereka menurut theory ini mengatur dirinya untuk mencapai tujuan juga mereka belajar dibawah kondisi sebagaimana mestinya dan sanggup memecahkan masalah-masalah organisasi.
2. Hierarchy of Needs.
Teori ini menyatakan bahwa orang terpaksa harus puas mulai dari yang paling dasar meningkat kepada hal yang paling rumit juga berusaha untuk memenuhi kebutuhan yang paling bawah sampai kepada kebutuhan yang paling tinggi seperti kebutuhan fisiologis kebutuhan keamanan, kebutuhan akan rasa memilki/dimiliki, kebutuhan akan rasa penghargaan dan kebutuhan akan aktualisasi diri.
3. Theory Moivation- Higiene.
Theory ini mengklasifikasikan faktor pengisi pekerjaan sebaga pemberi kepuasan atau hal-hal memberi seseorang kepuasan. Faktor penggugat disebut sebagai pemberi ketidakpuasan. Dia menemukan bahwa lawan dari kepuasan dalam pekerjaan itu adalah bukan ketidakpuasan, sebagai penggantinya adalah tidak puas. Sebaiknya lawan dari ketidakpuasan itu adalah bukan tidak adanya ketidakpuasan meskipun hal itu berarti kepuasan. Karena sesuatu hal tidak menyebabkan ketidakpuasan bukan berarti mengikuti suatu hal tersebut mengakibatkan kepuasaan.
4. Theory The management Grid.
Menurut theory ini bahwa setiap manager memiliki sebuah gaya kepemimpinan yang dapat dilihat, yang maksud hal ini didasari oleh tingkat perhatiannya terhadap pekerjaan dan terhadap bawahannya yang menghasilkan suatu produk atau pelayananan. Pada salah satu ujung spektrum adala seorang manager yang hanya berminat terhadap pengeluaran hal dari pekerjaan sedangkan pada ujung yang lainnya adalah manager yang memanjakan bawahannya pada beban biaya, dapat mengalahkan pekerjaan.

III. DAPAT MENDELEGASIKAN WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB PEKERJAAN SESUAI JOB
Delegasi adalah penyelesaian suatu pekerjaan melalui orang lain. Tugas seorang pemimpin adalah memperhatikan bahwa seluruh usaha berjalan dengan baik dan lancar melalui usaha dari bawahannya, untuk itu ia harus mendelegasikan sebagian dari wewenang dan tanggung jawabnya kepada bawahannya sesuai dengan job masing masing. Walaupun penanggung jawab terakhir adalah top management. Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab ini memberikan keuntungan sbb:
1. Top pimpinan tidak harus dibebani lagi dengan aktifitas yang kecil karena sudah dibebankan pada setiap unit yang ada.
2. Bawahan akan berusaha bekerja lebih baik lagi karena sudah diberikan wewenang dan tanggung jawab penuh atas pekerjaan sesuai dengan job masing-masing dan jabatan yang ada (merasa di wongke).
3. Bawahan akan berusaha menambah ilmu dan pengetahuannya demi mempelancar tugas dan pekerjaan sehari hari.
4. Bawahan akan lebih hati-hati dan teliti lagi dalam melaksanakan tugas karena apabila terjadi keliruan maka dia sendiri akan mendapat hukuman.
Dengan demikian dalam pelaksanaan program kerja dan anggaran (goal yang akan dicapai perusahaan) bisa diawasi melalui pemimpin unit masing-masing. Pendelegasian tugas-tugas berat dan memperbesar tanggung jawab bawahan biasanya merupakan pendekatan yang berguna dalam pengembangan kepribadian. Sebenarnya tidak ada cara yang lebih baik untuk mengembangkan kepemimpinan selain memberikan tugas yang membutuhkan tanggung jawab dan membiarkan orang itu mengerjakannya sendiri, Survey atas 208 eksekutif dan pejabat senior oleh Charles Margerison menghasilkan laporan bahwa pengaruh-pengaruh terpenting dalam perjalanan karir mereka sebelum berusia 35 tahun. Adalah perluasan tugas dan wawasan oleh atasan langsung mereka dengan memberikan pengalaman kepemimpinan, tanggung jawab menyeluruh bagi tugas-tugas terpenting dan meminta pengalaman diberbagai bidang.

IV. DAPAT MELAKSANAKAN PENGAWASAN ATAS GOALS YANG ADA
Pimpinan dan bawahan yang ada bergabung untuk menyusun kesepakatan yang menyangkut goals (sasaran dari Institusi /organisasi yang ada). Sasaran yang mana secara terbuka didiskusikan dan disepakati pada kecenderungan yang lebih menuju titik temu dari pada sasaran yang tidak jelas. Hasil kesepakatan itu menjadi efektif untuk prestasi kerja.
1. Proses Pengawasan.
Pengawasan atas sasaran setiap unit yang telah disepakati prosesnya sbb:
1. Penetapan standard prestasi kerja atas sasaran yang ada.
2. Pengukuran prestasi kerja yang nyata.
3. Membandingkan kenyataan terhadap standard prestasi kerja.
4. Adanya penetapan variasi diantara batas hasil yang sudah dicapai yang masih bisa ditolelir dan variatif diluar batas yang masih bisa ditolelir.
5. Adanya pengambilan tindakan korektif sesuai dengan pengevaluasian ulang (review) mencangkup :
a) Apakah melebihi sasaran jauh diatas target yang ada dan mengapa demikian harus ditemukan fakor penyebabnya.
b) Sasaran mencapai seluruh target tetapi hanya berkisar target tersebut.
c) Sasaran tercapai hanya pada unit tertentu saja sedang unit lainnya tidak.
d) Semua unit tidak mencapai sasaran termasuk sasaran yang kritis.
Dari hasil pengawasan ini maka pada semester berikutnya perlu diadakan evaluasi atas sasaran dan hasi kerja untuk Revisi Program dan Anggaran berikutnya dengan menutup titik-titik lemah yang ada dan menggiatkan unit-unit yang ada untuk semester berikutnya.Dengan demikian revisi progam dan anggaran harus dilaksanakan.

V. TEGAS DALAM TINDAKAN DAN BIJAK ATAS KEPUTUSAN
Sebagai pemimpin masa kini dan masa yang akan datang seorang pemimpin agar mencamkan beberapa hal dibawah ini :
1. Kenali bahwa apa yang anda lakukan mungkin akan lebih penting artinya daripada apa yang anda katakan dalam peran pemimpin tersebut. Lakukanlah usah-usaha secara sadar untuk menggunakan sikap perilaku kepemimpinan yang efekif setiap saat.
2. Tekankan usaha-usaha persuasif dan pemberian saran-saran sebanyak mungkin. Gunakanlah cara paksaan (misalnya dengan ancaman ataupun pemberian sanksi) hanya apabila diperlukan saja untuk memastikan diperolehnya kerja saja dan dukungan yang amat penting untuk kemajuan kelompok.
3. Sambutlah kekuasaan atau kekuatan itu dan digunakan secara bijaksana dalam usaha pencapaian hasil organisasi yang positif dan bukan kearah penonjolan pibadi. Guna mencapai dan memelihara kemampuan untuk mempengaruhi arah tindakan itu cobalah pelihara berbagai sumber yang dapat memberikan kekuatan ataupun kekuasaan tersebut.
4. Kembangkanlah keterampilan komunikasi anda itu melalui pelajaran dan praktek. Orang-orang kompeten yang pendiam kemungkinan juga tidak akan dikenali. Oleh karena itu, cobalah agar kita peka terhadap peluang untuk mendemonstrasikan kemampuan-kemampuan persuasif anda tersebut.
5. Kenalilah batas-batas otorita formal anda dan juga ketergantungan anda akan anak buah (dan rekan sejawat) dalam hal pemberian dukungan. Bangunlah hubungan pasif yang saling menguntungkan. tekankanlah usaha-usaha persuasif dalam membangun pengaruh.
6. Kenalilah bahwa memimpin itu bukan merupakan sesuatu hal yang statis, ataupun fenomena satu arah saja. sadarilah bahwa anda itu mempengaruhi dan juga dipengaruhi oleh orang lain. Sadari pula bahwa hal ini merupakan serangkaian proses yang melibatkan berbagai transaksi sepanjang waktu. kembangkanlah hubungan yang saling memberikan keuntungan baik bagi anda maupun bagi anak buah anda.
7. Sadarilah tentang faktor-faktor kekuatan intern maupun ekstern yang menghambat sikap perilaku anda, khususnya dalam hal interaksi anda dengan anak buah anda. Anda akan menjadi lebih efektif dalam usaha-usaha memberikan pengaruh apabila hal terlihat sah oleh orang-orang yang terkena tindakan-tindakan anda tersebut.
8. Kenalilah bahwa hasil-hasil itu seringkali tergantung kepada lebih dari satu segi seperti halnya keterampilan atupun usaha-usaha anak buah kita saja, karena hal itu juga mencakup pembatas-pembatas kontekstual dan sikap perilaku kepemimpinan anda sendiri. Berusaha dalam segala sifat-siifat yang selaras antara anda dan anak buah anda serta dilakukan baik secara prestasi individual ataupun secara prestasi kelompok.
9. Berusahalah agar kita sensitif terhadap batas-batas posisi otoritas kita. Usahakan untuk mengembangkan suatu kewenangan pribadi yang dapat menggambarkan peran-peran ataupun posisi-posisi yang spesifik. Kenali segera perubahan-perubahan situasi yang menuntut penyelesaian dalam kaitan hubungan antara pemimpin dan pengikutnya.
10. Kenali kenyataan adanya konflik kepentingan tersebut sebagai sesuatu yang normal untuk para anak buah anda. Nyatakanlah pemahaman anda tersebut dengan cara mendiskusikan dilema potensial itu secara terbuka. Kembangkan suatu pengharapan yang jelas yang dapat membantu meminimalisir perilaku yang berpengaruh kurang baik bagi terciptanya hubungan timbal balik yang saling menguntungkan.
11. Dapatkanlah penghormatan dari bawahan anda dan ciptakanlah serta pertahankan kepercayaan terhadap diri anda itu dengan cara menyediakan sumber daya sumber daya yang diperlukan dan memuatkan usaha-usaha kita dalam pencapaian sasaran kelompok. Tonjolkanlah prestasi prestasi pencapaian individual maupun kelompok.
12. Perlihatkan perhatian yang nyata terhadap tugas-tugas dan produktivitas sebagaimana juga terhadap faktor-faktor manusia dan hubungan antar mereka. Jadilah pribadi yang senang mendukung dan membantu terciptanya interaksi tersebut, tekankan kepada sasaran-sasaran dan bantulah anggota-anggota kelompok tersebut untuk dapat mencapai hal itu.
13. Usahakanlah agar anda dapat berlaku seluwes mungkin. Sesuaikanlah pola sikap perilaku anda agar dapat sesuai dengan situasi termasuk dengan para pengikut anda. Namun demikian juga usahakanlah untuk tetap pada kerangka pola sikap perilaku yang menyenangkan baik diri anda sendiri. Terlampau berusaha untuk menyesuaikan diri dengan dasar-dasar yang sesungguhnya tidak selaras dengan dasar pola sikap tingkah laku anda akan dapat megakibatkan suatu konsekuensi yang negatif.

PENUTUP
Sebagai penutup dari tulisan ini dapat kita simpulkan bagaimana strategi kepemimpinan yang efektif untuk masa kini dan masa yang akan datang. Kita belajar dari kepemimpinan masa lampau dimana keefektifan kepemimpinan seseorang tergantung dari antara lain:
1. Mau belajar dari kondisi lapangan karena setiap tempat mempunyai karakter yang berbeda atau perilaku manusianya.
2. Mempunyai modal ilmu yang lebih tinggi dari lingkungan perihal pengalaman bisa belajar dari orang-orang sekitar, Learning by doing and teaching by example.
3. Mempunyai ketegasan dalam bertindak untuk kelancaran goals yang akan dicapai. Kalau ada kesalahan pelaksanaan bisa diperbaiki sesuai dengan tujuan.
4. Bijak dalam bertindak terhadap semua komponen yang ada jangan peraturan atau kesepakatan hanya berlaku bagi orang-orang tertentu dan bagi yang lainnya bisa diatur sesuai selera dan ingat bahwa keputusan diambil, oleh orang yang hadir bukan oleh orang yang tidak hadir.
5. Melaksanakan tugas adalah suatu pengabdian mempunyai talenta yang berbeda sesuai dengan pemberian Tuhan. Memegang sesuatu tidak boleh seperti Maniop banggar taraso milas dipalua tetapi harus “golom ria ria” (tidak diterjemahkan) pegang dengan keras maka ria-ria yang pinggirannya sangat tajam tersebut akan lumat dan hancur didalam genggaman kita. Tidak percaya boleh coba walaupun itu “hanya petuah” dari nenek moyang kita tetapi masih relevan untuk diterapkan dalam kepemimpinan masa kini. Setiap hari mempunyai masalah sendiri untuk itu sesuai dengan pesan pada Buku Tulis tahun 1950 an tertulis sebagai berikut : Don’t wait till tomorrow what you can do today.Tuhan tetap bersama kita semuanya, Amin dan Horas.

(Penulis adalah Kamaruli Pohan Siahaan, tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi Januari 2010)

Created by : nhkbppendidikan

Pentingnya Komunikasi Dalam Pelayanan

Komunikasi Itu Penting Banget!
Komunikasi merupakan salah satu kebutuhan utama manusia. Komunikasi penting untuk menyampaikan maksud, tujuan, atau informasi apapun kepada pihak lain baik lewat kata-kata maupun lewat gerakan tubuh (seperti yang biasa dilakukan oleh orang bisu). Sebelum saya menuliskan lebih lanjut mengenai pentingnya komunikasi ini, saya tertarik untuk membagikan cerita yang secara tidak sengaja saya baca dari salah satu situs rohani. Ini murni bukan cerita saya, saya hanya menulis kembali (lebih tepatnya meng-copy paste ) cerita dari situs tersebut untuk dibagikan kepada pembaca sekalian. Enjoy!
Dikisahkan, disebuh gedung pertemuan yang amat megah, seorang pejabat senior istana sedang menyelenggarakan pesta ulang tahun perkawinannya yang ke-50. Peringatan kawin emas itu ramai didatangi oleh tamu-tamu penting seperti para bangsawan, pejabat istana, pedagang besar serta seniman-seniman terpandang dari seluruh pelosok negeri. Bahkan kerabat serta kolega dari kerajaan-kerajaan tetangga juga hadir. Pesta ulang tahun perkawinan pun berlangsung dengan megah dan sangat meriah.
Setelah berbagai macam hiburan ditampilkan, sampailah pada puncak acara, yaitu jamuan makan malam yang sangat mewah. Sebelum menikmati kamuan tersebut, seluruh hadirin mengikuti prosesi penyerahan hidangan istimewa dari sang pejabat istana kepada istri tercinta. Hidangan itu tak lain adalah sepotong ikan emas yang diletakkan di sebuah piring besar yang mahal. Ikan emas itu dimasak langsung oleh koki kerajaan yang sangat terkenal.
“Hadirin sekalian, ikan emas ini bukanlah ikan yang mahal. Tetapi, inilah ikan kegemaran kami berdua, sejak kami menikah dan masih belum punya apa-apa, sampai kemudian di usia perkawinan kami yang ke-50 serta dengan segala keberhasilan ini. Ikan emas ini tetap menjadi simbol kedekatan, kemesraan, kehangatan, dan cinta kasih kami yang abadi,” kata sang pejabat senior dalam pidato singkatnya.
Lalu, tibalah detik-detik yang istimewa yang mana seluruh hadirin tampak khidmat menyimak prosesi tersebut. Pejabat senior istana mengambil piring, lalu memotong bagian kepala dan ekor ikan emas. Dengan senyum mesra dan penuh kelembutan, ia berikan piring berisikan potongan kepala dan ekor ikan emas tadi kepada isterinya. Ketika tangan sang isteri menerima piring itu, serentak hadirin bertepuk tangan dengan meriah sekali. Untuk beberapa saat, mereka tampak ikut terbawa oleh suasana romantis, penuh kebahagiaan, dan mengharukan tersebut.
Namun suasana tiba-tiba jadi hening dan senyap. Samar-samar terdengar isak tangis si isteri pejabat senior. Sesaat kemudian, isak tangis itu meledak dan memecah kesunyian gedung pesta. Para tamu yang ikut tertawa bahagia mendadak jadi diam menunggu apa gerangan yang bakal terjadi. Sang pejabat tampak kikuk dan kebingungan. Lalu ia mendekati isterinya dan bertanya “Mengapa engkau menangis, isteriku?”
Setelah tangisan reda, sang isteri menjelaskan “Suamiku…sudah 50 tahun usia pernikahan kita. Selama itu, aku telah dengan melayani dalam duka dan suka tanpa pernah mengeluh. Demi kasihku kepadamu, aku telah rela selalu makan kepala dan ekor ikan emas selama 50 tahun ini. Tapi sungguh tak kusangka, di hari istimewa ini engkau masih saja memberiku bagian yang sama. Ketahuilah suamiku, itulah bagian yang paling tidak aku sukai.” tutur sang isteri.
Pejabat senior terdiam dan terpana sesaat. Lalu dengan mata berkaca-kaca pula, ia berkata kepada isterinya,” Isteriku yang tercinta…50 tahun yang lalu saat aku masih miskin, kau bersedia menjadi isteriku. Aku sungguh-sungguh bahagia dan sangat mencintaimu. Sejak itu aku bersumpah pada diriku sendiri, bahwa seumur hidup aku akan bekerja keras, membahagiakanmu, membalas cinta kasih dan pengorbananmu.”
Sambil mengusap air matanya, pejabat senior itu melanjutkan, “Demi Tuhan, setiap makan ikan emas, bagian yang paling aku sukai adalah kepala dan ekornya. Tapi sejak kita menikah, aku rela menyantap bagian tubuh ikan emas itu. Semua kulakukan demi sumpahku untuk memberikan yang paling berharga buatmu.”
Sang pejabat terdiam sejenak, lalu ia melanjutkan lagi “Walaupun telah hidup bersama selama 50 tahun dan selalu saling mencintai, ternyata kita tidak cukup saling memahami. Maafkan saya, hingga detik ini belum tahu bagaimana cara membuatmu bahagia.” Akhirnya, sang pejabat memeluk isterinya dengan erat. Tamu-tamu terhormat pun tersentuh hatinya melihat keharuan tadi dan mereka kemudian bersulang untuk menghormati kedua pasangan tersebut.
Bagaimana pendapat anda? Cerita diatas menggelikan, mengharukan sekaligus mengesankan bukan? Tapi coba kita rimang-rimangi dan kita renungkan, jangan-jangan kita juga sering melakukan kesalahan yang sama seperti si Pejabat atau istrinya itu. Karena sudah dekat, kita merasa bisa membaca pikiran orang lain dan merasa bahwa orang lain mengerti kita seutuhnya tanpa mengkomunikasikan apa harapan, pergumulan, rasa marah, rasa jengkel, atau apapun yang jika dipendam-pendam sebenarnya justru melahirkan konflik. Itu sebabnya, dalam bidang apapun komunikasi itu sangat penting.

Pentingnya Komunikasi Dalam Pelayanan, Keluarga Dan Hubungan Lawan Jenis
Bagi kita kaum muda, pelayanan, keluarga maupun hubungan dengan lawan jenis adalah penting. Hanya mungkin prioritasnya yang berbeda-beda. Oleh karena itu ketiganya harus bisa sejalan dan saling mendukung. Seorang muda yang mulai melayani, baik di gereja, di kampus maupun di kantor harus bisa membagi waktu juga dengan keluarga maupun dengan pasangannya. Semuanya harus seimbang agar tidak ada sisi yang terlalu berat atau terlalu ringan sehingga terjadi ketimpangan.
Apa jadinya jika seorang muda, begitu aktif di pelayanan, namun tidak memiliki hubungan yang harmonis dengan keluarganya? Bukankah ia bisa menjadi batu sandungan bagi orang lain yang melihatnya aktif dalam pelayanan? Saya pernah mendengar, bahwa jika ingin melayani bereskan dulu hubungan dengan yang di dalam, baru kita keluar. Jika hubungan kita dengan anggota keluarga masih kacau, mari kita perbaiki terlebih dahulu. Kita komunikasikan secara baik-baik apa yang menjadi pengacau hubungan kita, lalu kita perbaiki dan selesaikan. Begitu juga dengan pasangan. Jika pasangan tidak terlalu mendukung kita untuk aktif dalam pelayanan di gereja karena waktu malam minggu jadi tidak bisa digunakan untuk kencan misalnya, jangan buru-buru minta putus atau keluar dari pelayanan. Namun, coba komunikasikan (diskusikan) dan ajak pasangan untuk ikut dalam kegiatan pemuda/i yang ada di gereja. Siapa tahu pasangan anda tertarik?
Sekarang yang menjadi pertanyaan, bagaimanakah bentuk komunikasi yang baik? Sejujurnya, saya pribadi masih belajar dan terus belajar mengenai komunikasi yang baik dan benar dengan semua orang. Karena memang komunikasi itu bukanlah sekedar teori yang bisa dihapalkan, namun perlu dipraktekkan dan diperbaiki secara terus-menerus. Tapi setidaknya, saya akan coba bagikan apa yang pernah saya alami dan saya pelajari mengenai komunikasi yang baik.
1. Saling Menghargai
Rasa saling menghargai begitu penting dalam berkomunikasi dengan pihak lain. Coba lihat betapa kesal dan marahnya ayah/ibu ketika mereka menasihati kita, kita malah melawan dan memberi jawaban-jawaban (ngedumel). Bukannya mendengarkan dulu, baru melakukan pembelaan ketika mereka sudah selesai berbicara. Bandingkan ketika mereka menasihati kita, kita mendengarkan dengan mimik yang baik dan tidak melawan mereka.
2. Menjadi Pendengar yang baik
Mendengar sepertinya memang bukanlah kegiatan yang terlalu menyenangkan. Namun mendengar sangat penting ketika berkomunikasi dengan orang lain. Karena dengan mendengar kita belajar bersabar, belajar menumbuhkan rasa empati, bahkan secara tidak langsung ketika ada orang yang sedang sedih dan ingin berbagi cerita, dengan mendengarkannya kita sudah menghiburnya, tanpa harus berkata-kata.
Beberapa kali saya perhatikan dalam sekumpulan orang yang sedang berbicara-bicara (bedakan dengan ngegosip yah), misalnya ketika satu orang mencoba bercerita tentang pengalamannya yang luar biasa, yang lain akan nimbrung dengan cerita yang hampir sama, kemudian yang lain lagi akan mencoba memotong cerita temannya karena sudah tidak sabar menceritakan pengalaman yang sama atau lebih wah. Masing-masing orang ingin didengarkan. Sedikit sekali orang yang mau hanya sekedar mendengar dan memberikan apresiasi lebih kepada temannya yang pertama kali bercerita. Saya sendiri juga terkadang seperti itu, secara tidak langsung sudah membatasi diri untuk mendengar dan lebih sering ingin di dengar.
3. Empati
Empati atau kemampuan merasakan apa yang dirasakan pihak lain juga penting dalam komunikasi. Syarat utama dari sikap empati adalah kemampuan untuk mendengar dan mengerti orang lain, sebelum didengar dan dimengerti orang lain. Empati adalah suatu sikap yang bisa membantu kita untuk bisa menjadi pendengar yang baik.
Betapa plog-nya saya, ketika saya bercerita tentang nilai-nilai saya yang anjlok kepada teman saya, dia menghibur, menyemangati dan memeluk saya dan bukannya menghakimi saya dengan kalimat-kalimat negatif. Dalam hal ini teman saya itu sudah menanamkan sikap empati di dirinya.
4. Berbicara dengan baik dan jelas
Informasi yang jelas yang disampaikan lewat cara berbicara yang baik akan sangat membantu dalam berkomunikasi. Jika informasi yang disampaikan tidak jelas dan bisa bermakna ambigu, bisa menyebabkan salah paham, penyelesaian masalah yang salah atau bahkan keputusan yang salah.
5. Jujur
jujur merupakan sikap apa adanya, tidak berbohong, iklas dan tulus. Sikap ini sangat penting untuk dipupuk dalam komunikasi. Masih ingat cerita diatas kan? Mereka saling jujur setelah berpuluh-puluh tahun lamanya yang artinya, mereka memendam suatu perasaan tak enak satu sama lain selama bertahun-tahun. Oleh karena itu Jujurlah.
6. Sabar
Sabar adalah tahan menghadapi cobaan (tidak lekas marah, tidak lekas putus asa, tidak lekas patah hati). Ketika salah satu pihak sedang emosi, pihak lain sebaiknya diam dan mendengar. Jangan ikut tersulut emosi, karena orang emosi biasanya kata-katanya kurang terkontrol dan dikuasai daging. Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia (Efesus 4:29).
Komunikasi memang kita lakukan setiap hari, tapi sering kali juga kita tidak mampu untuk melakukannya dengan baik. Oleh karena itu kita perlu melatih diri setiap hari agar semakin hari semakin baik dalam berkomunikasi. Jika sedang bermasalah dengan orang tua, adik, atau kakak selesaikanlah dengan komunikasi yang baik. Berbicara dan jujurlah kepada mereka, namun tetap dengan perkataan yang lembut dan jelas. Jika orang tua kurang menyukai cara pelayanan kita, komunikasikan juga agar jelas apa yang membuat mereka tidak senang. Jangan-jangan orang tua kita merasa kurang diperhatikan.
Atau jika sang pacar sedang ngambek karena kurang perhatian, padahal kita sedang sibuk kuliah, kerja, membantu orangtua atau pelayanan, coba berikan pengertian. Tidak dengan emosi tapi dengan rasa empati, kesabaran dan kejujuran. Komunikasi dan hubungan yang baik dengan keluarga dan pasangan, akan sangat membantu kita untuk lebih baik lagi dalam melayani-Nya, baik dalam pelayanan di pekerjaan, kuliah, kerja ataupun lingkungan (sosial). Akhir kata, “Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia (Kolose 3:23)” God Bless Us..

Referensi:
http://www.klinikrohani.com/2009/01/50-tahun-salah-paham.html

Created by : nhkbppendidikan

Akuntansi Sederhana untuk Pengusaha Kecil dan Menengah


Pendahuluan

Seorang akuntan yang baru lulus sedang berkunjung ke rumah ayahnya. Ayahnya adalah seorang perantauan yang memiliki usaha restoran di Jakarta. Ia memiliki cara sendiri untuk mencatat semua keuangan restoran tersebut. Ada tiga kotak dalam laci kerjanya, sebelah kiri menyimpan catatan / kuitansi dari supplier yang belum dibayarnya, kotak yang tengah digunakan untuk menyimpan uang hasil restoran hari itu dan kotak yang kanan berisi kuitansi pembayaran semua tagihan restoran yang sudah dibayarnya.
Ketika akuntan muda ini memperhatikan cara kerja pembukuan ayahnya, ia terheran heran dengan metode ayahnya yang dianggap sudah kuno dan ketinggalan jaman. Dengan setengah mengejek, akuntan muda ini bertanya kepada ayahnya, ” Bagaimana bapak bisa menjalankan usaha dengan cara seperti ini ? Pencataan yang buruk, bagaimana kita bisa hitung keuntungan per hari ?
Si ayah tersenyum, beberapa saat kemudian dia berkata, ” Waktu bapak merantau dari Sibandang, tidak ada yang kubawa, hanya sepotong celana dan baju yang menempel di badan. Sekarang abangmu sudah jadi pengacara, kau sudah lulus jadi akuntan, itomu sedang kuliah praktek untuk menyelesaikan dokternya, kita punya rumah dan restoran ini. Jadi kalau kau tanya berapa keuntungannya, tinggal hitunglah biaya kuliah kalian, beli rumah kita, bayar karyawan restoran dikurang sepotong baju dan celana yang bapak bawa dari Sibandang. Itulah keuntungannya !”

Akuntansi Sebagai Sistem Informasi – Asumsi & Karakteristik Akuntansi
Akuntansi dapat dijabarkan secara sederhana sebagai suatu sistem atau proses pencatatan setiap kegiatan ekonomi suatu organisasi – sosial atau komersial - yang menghasilkan suatu laporan yang bisa dimengerti dan menjadi salah satu sumber pengambilan keputusan oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Metode yang digunakan merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang sudah diterima secara umum (Generally Accepted Accounting Principle), yang di Indonesia dirumuskan oleh Dewan Standar IAI. Tahun 2012, seluruh dunia akan menggunakan metode akuntansi yang mengacu pada standard yang sama (IFRS - International Financial Reporting Standard).
Ada 2 asumsi yang digunakan dalam menyiapkan laporan keuangan :
a. Akrual
Efek/pencatatan atas transaksi dan kegiatan ekonomi diakui pada saat terjadinya transaksi, bukan pada saat terjadinya pembayaran. Apabila bulan Januari 2010, A melakukan penjualan ke B, pembayaran dilakukan pada akhir bulan berikutnya. A harus mencatat penjualan ke B pada bulan Januari 2010, bukan pada Februari 2010 ( waktu pembayaran dilakukan). Asumsi ini dapat digunakan pada organisasi skala menengah ke atas, untuk organisasi kecil yang transaksinya banyak dilakukan secara tunai, pencatatan secara cash basis (pencataan dilakukan pada saat pembayaran) lebih efesien bila digunakan.
b. Going Concern
Organisasi diasumsikan berlangsung untuk jangka panjang, tidak ada keinginan untuk menutup kegiatan bisnisnya. Asumsi ini dapat digunakan sampai saat organisasi memutuskan berhenti melakukan kegiatan usahanya dengan alasan apapun.
Karakteristik Laporan Keuangan :
Beberapa karakteristik/ prinsip informasi pada Laporan Keuangan sehingga dapat berguna bagi pembaca laporan keuangan, adalah :
1. Dapat dimengerti
Informasi pada Laporan Keuangan dapat mudah dimengerti oleh pengguna Laporan keuangan yang memilki pengetahuan bisnis dan akuntansi yang cukup.
2. Relevan
Informasi pad Laporan Keuangan relevan ketika digunakan sebagai alat pengambilan keputusan oleh pengguna laporan keuangan.
3. Dapat diandalkan
Informasi pada Laporan Keuangan bebas dari error dan bias, sehingga menggambarkan keadaan organisasi secara benar.
4. Dapat dibandingkan
Informasi pada Laporan keuangan dapat dibandingkan dengan Laporan Keuangan organisasi yang berbeda, untuk itu penyusunan Laporan Keuangan harus konsisten dari tahun ke tahun, sehingga memudahkan pengguna laporan keuangan mengidentifikasi tren keuangan dan kinerja organisasi.

Konsep Dasar Laporan Keuangan
Jenis laporan yang dihasilkan dari proses akuntansi ada 3 bagian yang umum yaitu : Laporan Neraca (Balance Sheet / Statement of Financial Position), Laporan Laba Rugi (Income Statement/ Statement of Comprehensive Income) dan Laporan Arus Kas (Statement of Cash Flow).
Laporan Neraca
Didalam Neraca, Pencataan akuntansi, dapat dirumuskan secara singkat sebagai berikut : Asset (Harta) = Liabilities (Kewajiaban) + Equity (Modal).Harta / aset yang dimiliki organisasi atau individu sama dengan modal yang dikeluarkan ditambah hutang dari pihak ketiga. Aset akan bertambah/berkurang, apabila modal atau hutang kita bertambah/berkurang. Neraca menggambarkan keadaan keuangan (aset,hutang,modal) organisasi pada suatu saat / tanggal tertentu.
Aset & hutang dibagi menjadi 2 bagian, Aset Lancar dan Aset tidak lancar; hutang lancar (jangka pendek) & hutang tidak lancar (hutang jangka panjang). Contoh akun-akunnya adalah sebagai berikut :
Aset Lancar (Current Assets) : Kas & setara kas (deposito,valas,dll), piutang dagang, dan aset yang lain yang memilki likuiditas tinggi.
Aset tidak lancar (Non Current Assets) : Tanah & gedung, piutang jangka panjang (> 1 tahun), aktiva tidak berwujud (goodwill), persediaan, dan aset lain yang likuiditasnya rendah.
Hutang Lancar : Hutang Jangka pendek, hutang pajak, dan hutang lain yang jatuh tempo ≤ 1 (satu) tahun.
Hutang tidak lancar : Hutang dagang jangka panjang, pinjaman > 1 tahun, dan bagian hutang lain yang jatuh tempo > 1 tahun.
Modal : Modal, Saham pemilik dan bagian laba yang ditahan.
Contoh Neraca :

Neraca
PT XYZ
per 31 Desember 20xx

Aset Lancar
Kas (a) Rp xxx
Kas di Bank (b) Rp xxx
Deposito (c) Rp xxx
Total Kas (i) (a+b+c) Rp xxx

Pajak dibayar dimuka (d) Rp xxx
Piutang Dagang (e) Rp xxx
Aset Lancar (f) Rp xxx
Depresiasi Aset Lancar (g) Rp xxx
Total Aset Lancar Lainnya (ii) Rp xxx

Total Aset Lancar (iii) (i + ii) Rp xxx

Aset Tidak Lancar
Gedung & Pabrik (h) Rp xxx
Investasi pada PT ABC (i) Rp xxx
Aktiva Pajak Tangguhan (j) Rp xxx
Total Aset Tidak Lancar (iv) (h+i+j) Rp xxx
Total Aset (v) ( iii + iv) Rp xxx

Kewajiban
Kewajiban Jangka Pendek
Hutang Dagang (k) Rp xxx
Deposit Supplier (l) Rp xxx
Hutang Pajak (m) Rp xxx
Pinjaman Bank Jangka Pendek (n) Rp xxx
Total Kewajiban Jangka Pendek (vi) (k+l+m+n) Rp xxx

Kewajiban Jangka Panjang
Hutang Jangka Panjang (o) Rp xxx
Kewajiban Pajak Tangguhan (p) Rp xxx
Total Kewajiban Jangka Panjang (vii) (o+p) Rp xxx
Total Kewajiban (viii) (vi + vii) Rp xxx

Modal
Modal disetor (q) Rp xxx
Cadangan Modal (r) Rp xxx
Bagian Keuntungan yang ditanguhkan (s) Rp xxx
Total Modal (ix) (q+r+s) Rp xxx

Total Kewajiban & Modal (x) (viii + ix) Rp xxx

Total Aset (v) = Total Kewajiban & Modal (x)

Laporan Rugi Laba
Laporan rugi laba, terdiri dari 2 bagian besar yaitu pendapatan (revenue) dan biaya (expenses). Laporan rugi laba menjelaskan posisi rugi/laba suatu organisasi selama periode tertentu ( bulanan, tiga bulanan atau tahunan).
Contoh Laporan Rugi Laba :
Laporan Rugi Laba
PT XYZ
Untuk periode yang berakhir pada 31 Desember 20xx

Penjualan (a) Rp xxx
Harga Pokok Penjualan (b) Rp xxx
Laba Kotor (a-b) Rp xxx (i)
Biaya – biaya :
Depresiasi (c) Rp xxx
Biaya Bunga (d) Rp xxx
Biaya Promosi (e) Rp xxx
Biaya Karyawan (f) Rp xxx
Total Biaya (c+d+e+f) Rp xxx (ii)
Laba Sebelum Pajak (i –ii) Rp xxx (iii)
Pajak Penghasilan (g) Rp xxx
Laba estela Pajak (iii-g) Rp xxx

Laporan Arus Kas
Laporan arus kas hádala laporan yang menggambarkan keluar masuknya kas (uang) selama periode tertentu. Organisasi yang secara usaha komersialnya baik, tetapi arus kasnya negatif, akan mengalami kesulitan liquiditas, karena banyaknya piutang yang masih belum dibayar.
Contoh Laporan Arus Kas :
Laporan Arus Kas
PT XYZ
Untuk periode yang berakhir pada 31 Desember 20xx

Arus Kas dari Kegiatan Operasi :
Penerimaan dari Konsumen (a) Rp xxx
Pembayaran kepada supplier dan karyawan (b) Rp (xxx)
Kas dari Kegiatan Operasi c (a+b) Rp xxx
Pendapatan Bunga (d) Rp xxx
Pembayaran Bunga (e) Rp (xxx)
Pembayaran Pajak Penghasilan (f) Rp (xxx)
Total Arus Kas dari Kegiatan Operasi g (c+d+e+f) Rp xxx
Arus Kas dari Kegiatan Investasi
Pendiiran Unit Usaha Baru (h) Rp (xxx)
Pembelian Pabrik, Barang tidak bergerak (i) Rp (xxx)
Penjualan Pabrik/barang tidak bergerak (j) Rp xxx
Total Arus Kas dari Kegiatan Investasi (k) (h+i+j) Rp xxx
Arus Kas dari kegiatan Pembiayaan
Penjualan Saham Perusahaan (l) Rp xxx
Pinjaman dari Bank (m) Rp xxx
Pembayaran Pinjaman (n) Rp (xxx)
Pembayaran Dividen (o) Rp (xxx)
Arus Kas dari kegiatan Pembiayaan (p) (l+m+n+o) Rp xxx
Total Kas dari Operasi,Investasi,Pembiayaan (q) (g+k+p) Rp xxx
Kas & Setara Kas pada Awal Tahun (r) Rp xxx
Kas & setara Kas pada akhir tahun (s) (q+r) Rp xxx

Pemisahan Entitas
Didalam akuntansi, harus ada pemisahan yang jelas antara suatu unit usaha dengan yang lainnya, merujuk pada cerita diatas, pemilik restoran mencampur adukkan keuangan restoran yang dimilikinya dengan keuangan rumah tangganya. Pemilik usaha harus memisahkan secara jelas entitas bisnis dengan pribadinya, contohnya saat memulai usaha bengkel motor, pemilik bengkel harus memisahkan keuangan bengkel dengan keuangan pribadinya. Setiap tambahan modal pribadinya ke usaha tersebut, akan menambah aset (juga modal) usaha motor, begitu juga sebaliknya. Dengan pemisahan yang jelas, pemilik usaha dapat mengetahui perkembangan usaha bengkelnya tanpa takut adanya campur aduk keuangan pribadinya.

Penutup
Akuntansi dapat diterapkan baik untuk individu, organisai nirlaba dan sosial (seperti Yayasan,dll). Penerapan atas akuntansi secara benar akan menghasilkan informasi yang dapat digunakan oleh pemilik modal untuk melakukan langkah strategis lainnya, seperti membuka unit usaha baru, rasionalisasi biaya, penerapan harga kepada konsumen dan lain sebagainya.
Semoga sedikit informasi tentang akuntansi ini dapat memberikan pencerahan kepada setiap yang membutuhkannya. Tuhan Memberkati

(Penulis adalah Christo Hotman Radjagukguk, tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi April 2010)

Labels